Jumat, 01 Mei 2009

AL-AKHLAK AL-KARIMAH

Rasulallah shallallah ‘alaihi wasallam, merupakan contoh puncak dari sosok seorang yang mulia. Hal ini sebagaimana tercermin dari sikapnya yang merupakan contoh yang ideal dan paling sempurna.
Sosok Rasulalah sebagai manusia yang ideal dan paling sempurna jelas tergambar dalam al-quran


AL-AKHLAK AL-KARIMAH
DALAM PERSPEKTIF SUNNAH RASUL*
Oleh : A.R. IDHAMKHOLID, M.Ag.@

A. PENDAHULUAN
Rasulallah shallallah ‘alaihi wasallam, merupakan contoh puncak dari sosok seorang yang mulia. Hal ini sebagaimana tercermin dari sikapnya yang merupakan contoh yang ideal dan paling sempurna.
Sosok Rasulalah sebagai manusia yang ideal dan paling sempurna jelas tergambar dalam al-quran
Kehadiran beliau sebagai seorang yang mengemban tugas untuk menyempurnakan akhlak. Karena itu, adalah pada tempatnya apabila perbaikan akhlak merupakan salah satu sasaran utama Islam
Dalam kacamata Islam, akhlak merupakan implikasi akidah yang akan berjalan secara seimbang. Dalam arti, bahwa apabila akidah seseorang telah benar, semestinya tercermin dalam perilakunya yang baik dan terpuji. Sebaliknya, jika pertumbuhan akidah kurang sehat, maka tampilan perilaku dan kehidupan juga kurang menggembirakan. Akan tetapi, sebaliknya, tidak secara otomatis. Dalam arti bahwa tidak semua orang yang berperilaku baik, dalam waktu yang sama mempunyai gambaran (tasawwur) tentang akidah yang baik dan benar. Begitu banyak kita saksikan orang-orang di luar Islam, secara kemanusiaan, tergolong “baik”, karena pandai bergaul, penampilannya simpatik, hubungan sosialnya menyenangkan, namun tidak dapat diklaim sebagai orang yang berakhlak al-karimah, karena persoalan akhlak berkaitan langsung dengan dimensi akidah.
Selain itu, konotasi akhlak dalam Islam tidak hanya sebatas dimensi horizontal (kemanusiaan), tetapi mencakup akhlak kepada Allah swt, (dimensi vertical). Dua cakupan ini merupakan satu kesatuan yang utuh dan tak dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Kekeliruan banyak orang ketika membatasi pengertian akhlak hanya pada dataran horizontal dan langsung menjadikannya sebagai parameter untuk mengukur “baik” atau “tidak baik”.
Dalam Islam tolok ukur yang dipakai adalah “benar “ atau “tdak benar”. Sesuatu yang “tidak benar”, betapapun performance-nya simpatik, rasa sosialnya menakjubkan, ia dengan serta merta akan jatuh tanpa nilai. Dan yang dinilai “benar”, maka “eksterior”nya pun tampil dengan baik dan simpatik
Eksistensi akhlak dalam kehidupan manusia menempati posisi yang sangat penting, baik sebagai individu, sebagai masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa, masyarakat dan bangsa tergantung kepada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir batinnya, tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahir batinnya.

B. PENGERTIAN AKHLAK
Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk infinitive dari kata akhlaqa, yukhliku, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).




0 komentar: